Marmer menjadi bagian tak terpisahkan dalam arsitektur Islam. Hal ini salah satunya terlihat dari keberadaan marmer di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi. Batu marmer yang sejuk melapisi bangunan masjid yang mengelilingi Ka'bah, situs paling suci bagi umat Islam.
Ka'bah yang menjadi kiblat Islam adalah situs yang harus dikelilingi oleh jemaah yang tengah menunaikan ibadah haji atau umrah. Lantai marmer di area courtyard Masjidil Haram akan membuat jemaah tetap merasa sejuk meskipun diterpa sinar matahari yang terik. Ibadah pun bisa dijalankan dengan lebih nyaman.
Di area Masjidil Haram juga terdapat situs penting bagi umat Islam lainnya yakni Hajar Aswad, sumur Zamzam, makam Ibrahim, serta perbukitan Safa dan Marwa. Dalam kondisi normal, ratusan ribu orang jemaah mendatangi masjidil haram setiap hari.
Sejarah pembangunan Masjidil Haram
Masjidil Haram telah mengalami sejumlah renovasi dan perluasan selama dalam kekuasaan khalifah, sultan dan saat ini di bawah Raja Arab Saudi.
Bangunan Ka'bah yang berada di tengah-tengah masjid, menurut kepercayaan Islam, dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim bersama dengan putranya Ismail. Sejumlah perubahan pada Ka'bah dilakukan Nabi Muhammad setelah kembali ke Mekah pada tahun 630.
Pada tahun 692, Abd al-Malik ibn Marwan melakukan renovasi besar-besaran pada bangunan masjid. Di akhir abad ke-8, tiang kayu tua masjid diganti dengan tiang marmer. Batu marmer juga digunakan melapisi lantai masjid.
Di tahun 1621 dan 1629, banjir bandang telah merusak beberapa bagian masjid. Untuk memperbaikinya, Sultan Murad IV melakukan renovasi Masjidil Haram.
Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 2008, Raja Abdullah Ibn Abdulaziz melakukan perluasan masjid seluas 300.000 m2 yang dilanjutkan pada 2011 dengan tambahan area 400.000 m2. Kapasitas masjid pun meningkat hingga dapat menampung 2,5 juta orang.
Penggunaan marmer dari Yunani
Marmer putih yang menghiasi lantai dan kolom Masjidil Haram merupakan marmer jenis Thassos. Sesuai namanya marmer ini berasal dari tambang marmer di Pulau Thassos, Yunani. Jenis marmer ini sudah populer dan diekspor ke berbagai negara sejak abad ke-7.
Marmer warna putih dinilai dapat memancarkan ketenangan dan keindahan Ilahi. Keindahan dan karakteristiknya yang unik ini membuat marmer putih sebagai pilihan yang tepat untuk menghiasi tempat ibadah.
Marmer Thassos telah menghiasi banyak bangunan megah di seluruh dunia. Selain Masjidil Haram, marmer Thassos Snow White juga digunakan di bangunan Masjid Hagia Sophia, Istanbul - Turki.
Rahasia kesejukan lantai marmer Masjidil Haram
Salah satu yang paling berkesan bagi para jemaah haji dan umrah adalah lantai Masjidil Haram yang sejuk di siang hari yang panas terik dengan lokasi masjid di daerah tandus. Sebagian orang mengira, ada AC yang dipasang di bawah lantai masjid. Padahal kesejukan tersebut disebabkan oleh batu marmer yang memiliki fungsi insulasi.
Batu marmer merupakan insulasi termal alami yang paling ideal. Batu alam ini dapat mencegah dan menghambat perpindahan panas dari sinar matahari atau cuaca ekstrem yang lain. Pengunaan marmer pada masjid dapat membuat ruangan menjadi lebih sejuk.
Selain menahan panas dari sinar matahari, penggunaan marmer juga dapat membuat ruangan masjid menjadi hangat saat dingin ekstrem menerpa. Bukan cuma itu, ketika dijadikan pelapis dinding (wall cladding), marmer akan menjadi insulasi akustik yang meredam kebisingan suara yang berasal dari luar masjid.
Dengan keistimewaannya itu, tak heran jika banyak masjid yang menggunakan marmer untuk melapisi lantai, dinding, pilar hingga dekorasi kaligrafi. Di Indonesia, salah satu masjid megah yang menggunakan marmer adalah Masjid Suciati Saliman di Yogyakarta. Masjid tersebut menggunakan marmer eksklusif dari Fagetti.
Jika tengah mencari marmer untuk membangun masjid yang mewah dan sejuk, Anda bisa menghubungi tim marketing Fagetti melalui nomor WhatsApp 0811-8887-359. Buat janji temu dan Fagetti akan memenuhi seluruh kebutuhan Anda dari material, pemotongan dengan teknologi Italy, pemolesan hingga pemasangannya secara profesional.
Comments